Definisi panca jiwa GONTOR
Jiwa Pondok Pesantren
Pondok Modern Darussalam Gontor telah mengajarkan kepada seluruh santri santriwati nya kehidupan dunia yang sebenernya.Di dalam hadits yang diajarkan pertama kali di gontor "man khoroja fii tholabil ilmi kanna fii sabilillahi hatta yarji'a.barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia sedang di jalan Allah sampai ia kembali"
Di dalam kehidupannya di pondok pesantren pastilah memiliki panca jiwa tersendiri agar dapat membentuk karakter tersendiri dalam jiwanya,maka GONTOR memiliki 5 panca jiwa.
Kehidupan dalam Pondok Pesantren dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam panca jiwa sebagai berikut:
Maka kebebasan itu harus dikembalikan kepada aslinya, yaitu bebas dalam garis-garis DISIPLIN yang positif, dengan penuh tanggung jawab. Baik didalam khidupan Pondok Pesantren itu sendiri, ataupun dalam kehidupan masyarakat.
Jiwa yang menguasai suasana kehidupan Pondok Pesantren itulah yang dibawa oleh para santri sebagai bekal pokok dalam kehidupannya di masyarakat. Dan jiwa Pondok Pesantren inilah yang harus sentiasa dihidupkan, dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
Pondok Modern Darussalam Gontor telah mengajarkan kepada seluruh santri santriwati nya kehidupan dunia yang sebenernya.Di dalam hadits yang diajarkan pertama kali di gontor "man khoroja fii tholabil ilmi kanna fii sabilillahi hatta yarji'a.barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia sedang di jalan Allah sampai ia kembali"
Di dalam kehidupannya di pondok pesantren pastilah memiliki panca jiwa tersendiri agar dapat membentuk karakter tersendiri dalam jiwanya,maka GONTOR memiliki 5 panca jiwa.
Kehidupan dalam Pondok Pesantren dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam panca jiwa sebagai berikut:
- Jiwa Keikhlasan: sepi ing pamrih (tidak didorong oleh keinginan-keinginan tertentu). Semata-mata karena dan untuk ibadah. Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di Pondok Pesantren. Kyai ikhlas dalam mengajar, para santri ikhlas dalam belajar, lurah pondok juga ikhlas dalam membantu (asistensi). Segala gerak-gerik dalam Pondok Pesantren berjalan dalam suasana keihlasan yang mendalam. Dengan demikian terdapat suasana yang hidup yang harmonis, antara Kyai yang disegani, dan santri yang taat dan penuh cinta dan hormat.
- Jiwa Kesederhanaan: Kehidupan didalam pondok diliputi suasana kesederhanaan, tetapi agung. Sederhana bukan berarti pasif (nrimo), dan bukanlah itu artinya untuk dan karena kemelaratan atau kemiskinan. Bukan, tetapi mengandung unsure-unsur kekuatan dan ketabahan hati dalam menghadapi segala kesulitan. Maka dibalik kesederhanaan itu, terpancarlah kebesaran jiwa; berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup dan pantang mundur dalam segala keadaan. Bahkan disinilah hidup tumbuhnya mental/karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi suksesnya bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan.
- Jiwa Berdikari (kesanggupan menolong diri sendiri): Didikan inilah merupakan senjata yang ampuh. Berdikari bukan saja dalam arti bahawa para santri selalu belajar dan berlatih mengurus kepentingannya sendiri. Tetapi Pondok Pesantren itu sendiri sebagai Lembaga Pendidikan tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan dan belas kasihan orang lain. Itulah self bedruiping system (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai).
- Jiwa Ukhuwah Islamiyah: Kehidupan di pondok meliputi suasana persaudaraan yang akrab, suasana persatuan dan gotong royong, sehingga segala kesenangan dirasakan bersama, dengan jalinan perasaan keagamaan, ukhuwah (persaudaraan) ini, bukan saja didalam pondok itu sendiri, tetapi juga dibawa sampai mereka keluar, bahkan sampai mempengaruhi pula ke arah persatuan ummat dalam masyarakat.
- Jiwa Kebebasan: bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depannya, dalam memilih jalan hidup didalam masyarakat; dengan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan sampai kepada bebas dari pengaruh asing/colonial (disinilah harus dicari sejarah Pondok Pesantren yang mengisolir dari kehidupan Barat yang dibawa oleh penjajah).
Maka kebebasan itu harus dikembalikan kepada aslinya, yaitu bebas dalam garis-garis DISIPLIN yang positif, dengan penuh tanggung jawab. Baik didalam khidupan Pondok Pesantren itu sendiri, ataupun dalam kehidupan masyarakat.
Jiwa yang menguasai suasana kehidupan Pondok Pesantren itulah yang dibawa oleh para santri sebagai bekal pokok dalam kehidupannya di masyarakat. Dan jiwa Pondok Pesantren inilah yang harus sentiasa dihidupkan, dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
Komentar
Posting Komentar